Skip to content Skip to sidebar Skip to footer

Widget Atas Posting

Tradisi Sera Punto Dama dalam Balutan Warisan Leluhur Nagi Wureh, Adonara

Tradisi Sera Punto Dama dalam Balutan Warisan Leluhur Nagi Wureh, Adonara

Nagi Wureh, Kecamatan Adonara Barat, Kabupaten Flores Timur, sudah tidak asing lagi dikenal oleh dunia luar. Nagi yang secara religius, penduduknya menganut katolik ini adalah salah satu Desa di kabupaten Flores timur yang memiliki wisata religius. Nagi sendiri secara harafiah dalam Bahasa melayu Larantuka yang artinya Kampung atau Desa.

Acara Tradisi Sera Punto Dama Nagi Wureh, 2019

Di Nagi Wureh, kita dapat menemukan tradisi yang lengkap mulai dari pesta kelahiran Tuhan hingga pada pesta kenaikan Tuhan. Tradisi yang dibuat ini adalah warisan peninggalan nenek moyang yang masih dirawat dan di jaga hingga saat ini.

Bertepatan dengan pesta kenaikan Tuhan, orang Wureh sendiri memiliki sebuah tradisi yang bernama Sera Punto Dama Nagi. Tradisi ini dibuat sebagai tanda bukti pengabdian Tuan Mardomu yang sudah selesai menjalankan tugas dan tanggung jawab selama masa pengabdian melayani Tuhan.

Mordomo atau Mardomu dalam Bahasa Portugis yang artinya Pelayan. Sedangkan sera punto dama dalam Bahasa melayu Larantuka yang artinya menyerahkan sebatang puntung lilin.

Tuan Mardomo atau mardomu bertugas melayani Tuhan dalam masa baktiannya selama 3 tahun. Yang di hitung mulai dari pesta Kelahiran Tuhan hingga pada pesta Kenaikan Tuhan. Tuan Mardomu memiliki peranan khusus dalam tanggung jawabnya melayani Tuhan sebagai hamba atau pengabdi.

Pelayanan ini sebagai bentuk ungkapan syukur dan penyerahan totalitas diri serta keluarga atas nikmat yang boleh Tuhan berikan kepada keluarga selama masa hidup di dunia ini.

Setelah 3 tahun mengabdi sebagai pelayan Tuhan, tuan Mardomu akan kembali menyerahkan puntung lilin yang diterimanya 3 tahun yang lalu kepada orang lain yang mau menjadi pelayan Tuhan 3 tahun yang akan datang. Penyerahan puntung lilin ini di saksikan oleh semua umat Nagi Wureh, mulai dari yang masih kecil hingga yang sudah tua.

Dalam acara ini di suguhkan Arak dan acar, kopi dan teh sebagai tanda pemberian diri untuk Nagi yang ditempatinya dan pelayanan terhadap sesama. Sekian tahun tuan Mardomu hidup dan menetap di Nagi ini, pahit dan manis, gagal dan sukses menjadi bagian dalam perjalan hidup di nagi Wureh.

Sebagai anak yang terlahir dari nagi ini, saya bangga atas tradisi yang sudah di wariskan sekian turunan hingga pada saat ini. Tidak ada yang berubah, hanya keikhlaskan hati dalam melayani Tuhan sebagai bentuk penyerahan totalitas diri.

Sesungguhnya kita telah di ajarkan oleh leluhur untuk senantiasa mensyukuri anugerah Tuhan dan leluhur nagi tanah dalam tanda pelayanan. Hendaklah memberi dari kekuranganmu, siapa yang banyak memberi berkat, ia akan diberikan kelimpahan, siapa yang memberi minum, ia sendiri akan di beri minum. 

Siapa yang menahan gandum, ia dikutuki orang, tetapi berkat Tuhan turun di atas orang yang menjual gandum.

Selamat merayakan pesta kenaikan Tuhan dan selamat merayakan tradisi sera punto dama nagi… Tuhan memberkati.


Astuti Karwayu

 

Post a Comment for "Tradisi Sera Punto Dama dalam Balutan Warisan Leluhur Nagi Wureh, Adonara"