Menjadi KSO atau Wakil Rakyat Lembata? Sebuah Goresan Singkat
Menjadi Tenaga KSO atau Wakil Rakyat? |
Rakatntt.com – Grup facebook Bicara Lembata New (BLN) dihebohkan dengan jurang tunjangan yang amat melebar antara tenaga Kerja Sama Operasional (KSO) dan Dewan Perwakilan Rakyat Kabupaten Lembata. KSO dan DPRD Lembata sama-sama melindungi diri di bawah slogan sebagai pelayan rakyat, maka patut mendapatkan upah per bulan.
Sesuai
regulasi, Bupati Lembata sudah menerbitkan Surat Keputusan (SK) baru bagi 153
tenaga KSO (kumparan, 16/11/22). Mereka akan mendapatkan gaji sebesar Rp.
800.000 per bulan dengan waktu kerja tiga hari dalam sepekan. Pertanyaannya,
kira-kira jenis pekerjaan apa yang ditugaskan kepada para tenaga KSO? Dengan pendapatan
yang bisa dibilang kecil itu, apakah para tenaga KSO tetap bertahan dalam dunia
“jual-beli” tenaga model ini demi Rp. 800.000 atau memilih mencari jenis
pekerjaan lain?
Selain
KSO, DPRD Lembata yang juga berlindung diri di balik slogan “palsu” sebagai pelayan
rakyat tentu saja tersenyum lebar karena besarnya tunjangan dengan nilai
fantastis. Lagi-lagi mereka mendapat protes dan kecaman dari orang kecil. Namun,
apalah daya, merekalah pemegang kekuasaan, hidup di Lembata ini mereka yang stel. Begitu kira-kira bahasa gaulnya.
Itu
berarti, tunjangan puluhan juta itu akan sulit dipangkas apalagi dibagikan
kepada orang kecil. Sistem oligarki sudah bermain di dalam gedung Peten Ina. Partai
politik tak akan pernah terlepas dari sistem oligarki, sistem yang dikuasai dan
dikontrol oleh sebagian orang elit dan biasanya mereka adalah pemegang modal
dari pusat sampai daerah. (baca tulisan Intan Rachmina Koho, Oligarki dalam
Demokrasi Indonesia, dalam jurnal Lensa, Universitas Pramita Indonesia, hlm.
60-73).
Pertanyaan
menyentuh nurani sekarang ialah, mengapa tunjangan DPRD Lembata begitu fantastis;
apakah pekerjaan mereka amat mulia dan hanya mereka yang mampu mengubah dunia
ini? Ataukah bisa dibilang sama saja, banyak yang suka mangkir saat rapat, bobo
santai, tidak tau omong, mulut bisu melihat kebobrokan Lembata atau banyak yang
bolos kerja misalnya (bdk. Dengan pekerjaan para guru Paud, TKK, SD, SMP dan
SMA). Apakah ciri khas Wakil rakyat model ini patut mendapat tunjangan puluhan
juta? Atau kita sedang memperkaya orang yang salah dan tidak berguna. Uang sebanyak
itu mau dipakai untuk apa?
Tunjangan
bernilai fantastis itu, serentak pula menegaskan bahwa, jika Anda mau cepat
menjadi orang kaya, silahkan menjadi Wakil Rakyat. Hal lain di baliknya yakni,
motivasi orang tidak lagi menjadi pelayan rakyat yang utuh tetapi menjadi “pelayan”
yang dilayani.
Fenomena
tunjangan menumpuk bagi Wakil Rakyat mestinya membuka kesadaran rakyat Lembata
untuk menilai dengan sebuah pertanyaan; apakah Wakil Rakyat sudah benar-benar
mengubah Lembata dengan kinerjanya selama kurang lebih 3 tahun ini ataukah
lebih banyak show di facebook dan menulis status baku sindir dengan foto
berbaju partai yang sangat mewah? (RO/Red)
Post a Comment for "Menjadi KSO atau Wakil Rakyat Lembata? Sebuah Goresan Singkat"
Komentar